11 Agustus 2009

Padangsidimpuan Kota Salak



Salak-salak Sibakkua
Dipangan sada mangido dua
lomlom kulitna lomlom batuna
Imada salak Sibakkua...

Itulah sekelumit syair lagu daerah Tapsel yang menggambarkan bahwa Tapanuli Selatan merupakan daerah dengan ciri khas buah salak. Sibakkua adalah nama Daerah penghasil salak yang terkenal dari Tapanuli Selatan. Tetapi Buah salak Tapanuli Selatan berbeda dengan salak Pondoh maupun salak Bali. Kalau salak Pondoh dan Bali terkenal karena rasanya yang hanya manis, salak dari tapsel memiliki rasa manis plus sedikit rasa asam atau bahkan sepat. Sebenarnya bukan hanya dari Sibakkua saja, dimulai dari Palopat Maria, Aek Lubuk, Huta Koje, Sitinjak hingga mencapai Perbatasan Batang Toru. Dan semua lokasi tersebut lebih dikenal masyarakat Tapsel dengan nama Parsalakan. Daerah penghasil salak lainnya adalah dari Simarpinggan dan Siamporik yang terletak di wilayah Angkola Selatan. Antara kedua sentra salak tersebut memiliki perbedaan yang signifikan diantaranya :
  • Rasanya yang kurang manis dibandingkan dengan salak dari daerah Parsalakan.
  • Kulitnya lebih tipis sehingga kurang diminati untuk pengiriman kedaerah yang jauh, karena kulitnya cepat rusak/mengelupas.
  • Buahnya lebih kecil-kecil dibandingkan dengan salak dari daerah Parsalakan.
Sehingga pangsa pasarnya pun berbeda. Untuk salak dengan kualitas nomor satu, selain dijual dipasar-pasar tradisional dengan harga yang tinggi, buah dari Parsalakan dikirim kedaerah jauh seperti Medan, Padang, Jambi, Riau bahkan ke Jawa. Sedangkan kualitas nomor dua biasanya 'Toke salak' mengirim ke Aceh, begitu juga dari daerah Siamporik dan Simarpingan lebih dominan mengirim ke daerah Aceh.
Memang dari segi lokasi Aceh termasuk jauh, tapi minat masyarakat disana sangat besar terhadap buah salak sehingga kemungkinan besar pemasarannya lebih lancar walaupun dengan kualitas dibawah prima.
Biasanya salak mengalami masa panen puncak pada bulan Juni hingga Agustus. Sehingga para petani salak akan kelimpungan dengan harga yang murah. Pada saat itu harga salak bisa turun keharga Rp 10.000-15.000/karung atau 500-750 rupiah perkilo. Sedangkan pada saat salak sedang tidak musim harganya bisa mencapai Rp 45.000-60.000 /karung atau 1500-2500 rupiah perkilonya. Harga ini adalah dari Toke kepada petani, kalau sudah dipasaran harganya akan semakin tinggi. Bagaimana..? Sudah pernah mencicipi salak Sibakkua?

Catatan :
Toke : Orang yang membeli langsung kepada petani, untuk kemudian dikirimkan kedaerah lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar