20 Agustus 2009

Besok 1 Ramadhan

JAKARTA – Sidang Itsbat menteri agama malam ini memutuskan 1 Ramadhan 1430 Hijriah jatuh pada Sabtu (22/8). Hal ini diputuskan setelah menteri agama, Maftuh Basyuni, mendengar laporan seluruh ormas yang hadir dalam sidang Itsbat di Jakarta, tadi malam.
"Karena hilal tidak tampak, maka besok tidak ditetapkan sebagai awal Ramadan," kata Menag Maftuh Basyuni.

Secara tersirat, pernyataan Menag itu telah menunjukkan bahwa bulan akan Sya'ban digenapkan selama 30 hari. Dengan demikian, maka 1 Ramadan 1430 H akan jatuh pada Sabtu (22/8).

Sebelumnya, pihak Depag membacakan hasil pengamatan hilal di sejumlah titik berikut nama-nama saksi. Hasil pengamatan, hilal tidak tampak di seluruh tempat di Indonesia.

Sementara itu, perwakilan NU juga mengklarifikasi mengenai hasil hisab yang dilakukan timnya.

"Yang benar posisi hilal -01 derajat, bukan 1 derajat," kata pimpinan NU. Klarifikasi perwakilan NU ini memperkuat bahwa awal Ramadhan akan jatuh pada 22 Agustus 2009.

PP Muhammadiyah, pada beberapa hari sebelumnya, telah menetapkan bahwa awal Ramadhan akan jatuh pada Sabtu (22/8). Muhammadiyah menetapkan hal tersebut melalui hisab. Dengan ketiga keputusan tersebut, seluruh umat muslim di Indonesia akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan pada saat yang bersamaan.

19 Agustus 2009

Potensi Di Tapsel

Potensi Alam
Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB kabupaten Tapanuli Selatan terutama sektor pertanian dan perkebunan. Selain itu di kabupaten Tapanuli Selatan yang memiliki kekayaan alam yang belum dikelola secara optimal yaitu: sektor perikanan dan kelautan, sektor peternakan, sektor perdagangan dan jasa koperasi, sektor industir dan usaha kecil menengah (UKM), sektor pertambangan dan bahan galian dan sektor pariwisata.
Potensi Pariwisata
Potensi Pariwisata di Tapanuli Selatan sangat beragam namun selam ini belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu potensi itu adalah Danau Siais yang merupakan danau terbesar kedua setelah Danau Toba di Sumatera Utara (Kompas, 17 Des 2005). Danau Siais yang sudah lama membisu menyimpan keindahan yang tidak kalah dengan panorama Danau Toba.



"Danau ini sudah lama dilupakan. Kegiatan pramuka ini merupakan langkah awal membuka mata orang dan memancing perhatian masyarakat ke danau Siais. Ke depan, kita akan mengelola kawasan ini sebagai objek wisata dan menjadi bumi perkemahan pramuka. Tentu saja prosesnya tidak mudah dan harus dilakukan tahap demi tahap. Infrastruktur jalan harus dibenahi dahulu. Tapi saya yakin, pekerjaan ini adalah pekerjaan mulia, dan semua pihak akan mendukungnya." ungkap Bupati Tapanuli Selatan Ongku P Hasibuan saat memberikan sambutan pembukaan kegiatan pramuka se-Sumatera Utara di Danau Siais pada bulan Oktober 2006. Sebagai tindak lanjut pengembangan kawasan Danau Siais, sedang dirancang Rencana Tata Ruang Danau Siais sebagai Master Plan pengembangan wilayah tersebut.,

Untuk mencapai Danau Siais bisa ditempuh dari jalan utama Padangsidimpuan - Sibolga. Simpang menuju Danau Siais akan ditemukan sebelah kiri dari arah Padangsidimpuan, persis sebelum jembatan Batang Toru memasuki kawasan PTPN III. Jarak tempuh sekitar 74 km dari kota Padangsidimpuan. Desa yang berbatasan dengan danau namanya desa Rianiate. Desa ini memiliki keajaiban dengan adanya ribuan ekor ikan Jurong ( TOR SP ) liar yang langka yang terdapat di sungai kecil di pinggir desa. Rata-rata ikan memiliki berat 1 kg dengan panjang ± 50 cm. Namun ikan-ikan tersebut tidak pernah dikonsumsi oleh masyarakat, karena diyakini dapat membawa malapetaka. Konon, sekitar tahun 1940an, ikan itu dulunya dilepas seorang syekh yang berasal dari Tabuyung, sebuah desa di pesisir barat Tapsel yang tinggal di mesjid dekat sungai tersebut. karena sedih melihat sungai yang kotor padahal akan dipergunakan untuk berwudhu’. Jadilah ia menebar ikan jurong di sungai tersebut sebagai pembersih agar airnya dapat digunakan untuk berwudhu’. Ikan-ikan tersebut terus berkembang dan hingga kini ikan-ikan tersebut masih tetap ada dan menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Selain Danau Siais, masih banyak lagi Potensi Wisata Alam yang masih perlu pengembangan dan dukungan investor. Pemandian Parsariran di Sungai Batang Toru, Pantai Muara Opu di Pesisir Pantai Barat Sumatera (Kecamatan Muara Batang Toru); Kecamatan Sipirok dengan Tor Simago-mago dan Pemandian Air Panas alaminya dan Danau Marsabut; Aek Sijornih di Kecamatan Sayur Matinggi.


Muara Upu merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Tapanuli Selatan terletak di pesisir pantai Barat berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Penduduknya berjumlah 80 KK bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan luas wilayah menurut sejarah sekitar 37 km2 dan telah ada penduduknya sejak 103 tahun yang lalu. Kawasan ini sangat potensial dikembangkan menjadi tujuan wisata namun karena miskinnya sarana membuat daerah ini masih sulit berkembang. Satu-satunya transportasi sungai terdapat di kabupaten Tapanuli Selatan adalah pelabuhan sungai Mabang, yang terdapat di desa Hutaraja Batang Toru. Rute yang dapat dilalui dari pelabuhan ini antara lain adalah : Mabang – Danau Siais – Rianeate – Muara Upu. Pantai ini merupakan satu-satunya wilayah laut yang dimiliki kabupaten Tapanuli Selatan, yang terdapat sepanjang ± 35 km. yang terdapat di desa Muara Upu, kecamatan Muara Batang Toru.

Muara Upu yang sejak lama belum terjamah secara terarah , saat ini mulai menggeliat setelah Ongku P Hasibuan menjadi orang nomor satu di Pemkab Tapsel. Program turun kedesa (turdes) setiap akhir pekan bukan saja melihat proyek akan tetapi untuk melihat langsung kehidupan masyarakat di desa-desa terpencil.

Jarak antara Kecamatan Batangtoru dengan Muara Upu tersebut hanya sekitar 30-an kilometer, akan tetapi waktu yang dibutuhkan mencapai 4 jam. Perjalanan agar tembus ke desa dimaksud, itupun mesti menggunakan mobil gardang dua. Perjalanan yang cukup melelahkan memang namun mengasyikkan juga karena disisi kiri dan kanan jalan mulai tampak perkebunan kelapa sawit milik perusahaan swasta maupun milik masyarakat serta lahan pertanian yang berbatas dengan hutan.

Pantai Muara Upu memiliki pasir putih dan bersih serta kelihatan asri,sampai saat ini belum dimanfaatkan untuk peningkatan perekonomian masyarakat. Masyarakat disana cukup ramah dan sangat familiar. Bahasa sehari-hari warga mengunakan dialek melayu pesisir. Sesuai rencana bahwa tahun 2008 agar akses kedesa ini bisa terbuka, Pemkab Tapsel sedang membangun jalan darat dari Ampolu ke Muara Upu sepanjang 16 Km bila jalan sudah terbuka, pendapatan masyarakat akan meningkat. Selain untuk pengembangan pariwisata di Muara Upu sedang berkembang pembukaan perkebunan. Dan akan dibuka pelabuhan laut yang lebih maju.

Kades Muara Upu Isar Harahap mengatakan, desa mereka sudah dihuni penduduk sekitar 103 tahun lalu, terletak di pesisir pantai barat, tepatnya dipantai lepas Samudera yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Mandailing Natal. Muara Opu di apit samudra hindia dan Sungai Aek Muara Opu. Bentuknya memanjang, lebar hanya sekitar 300 meter. Melihat abrasi pantai menjadi ancaman yang harus segera diatasi, sehingga desa itu tidak hilang dihantam ombak lautan tersebut. Pemandangan mengasyikkan sesaat ingin kembali dari Muara Upu yaitu ketika menikmati detik- detik menjelang sang surya kembali ke peraduan. Pemandangan indah tampak bagai Aurora dimana seluit merah jingga memancar di kejauhan. Jika ingin menikmati pemandangan seperti itu, silahkan datang ke Muara Upu.

Pertanian Tanaman Pangan.

Kabupaten Tapanuli Selatan dikenal sebagai salah satu pemasok kebutuhan hasil pertanian, terutama pertanian tanaman pangan. Potensi pengembangan pertanian tanaman pangan di kabupaten Tapanuli Selatan cukup besar, sehingga kabupaten ini mendapat penghargaan dari pemerintah di bidang ketahanan pangan tahun 2004 mewakili Sumatera Utara. Hal ini mengingat lahan yang tersedia cukup luas. Lahan yang telah dimanfaatkan untuk pertanian tanaman padi sawah terdapat seluas 17.723 ha dengan jumlah produksi sebesar 209.093 ton. Luas areal terbesar terdapat di kecamatan Angkola Timur (Padangsidimpuan Timur) yaitu sebesar 7.678 ha dengan jumlah produksi sebesar 42.997 ton. Sedangkan untuk tanaman padi ladang untuk tahun 2005 terdapat seluas 2.371 ha dengan jumlah produksi sebesar 5.490 ton.

Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman padi sawah, maka di kabupaten Tapanuli Selatan dapat dikembangkan beberapa irigasi teknis dan irigasi setengah teknis untuk menunjang lahan pertanian. Di antaranya terdapat irigasi Batang Angkola. Kondisi lahan pertanian menurut jenis irigasinya dapat diuraikan sebagai berikut :
· luas lahan sawah dengan irigasi teknis terdapat seluas 1.285 ha
·
luas lahan sawah dengan irigasi setengah teknis terdapat seluas 4.957 ha
- luas lahan sawah dengan irigasi sederhana PU terdapat sekitar 727 ha
·
luas lahan sawah dengan irigasi sederhana non PU terdapat sekitar 9.240 ha
- luas lahan sawah dengan tadah hujan terdapat sekitar 1.514 ha

Pertanian Tanaman Sayur-sayuran.

Letak geografis Tapanuli Selatan yang sebagian besar wilayahnya berada pada daerah pegunungan, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pertanian tanaman pangan sayur-sayuran. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terus meningkat, seperti tanaman cabe dengan luas 1.253 ha dengan jumlah produksi sebesar 6.468 ton. Tanaman ini banyak terdapat di kecamatan Sayurmatinggi dengan luas panen sekitar 310 ha dengan jumlah produksi dengan luas panen sebesar 1.570 ton.

Pertanian Tanaman buah-buahan.

Kabupaten Tapanuli Selatan terkenal dengan salaknya, sehingga kota Padangsidempuan yang dulunya sebelum pemekaran merupakan Ibukota Tapanuli Selatan dijuluki sebagai kota salak. Sampai dengan tahun 2005 luas areal tanaman salak di kabupaten Tapanuli Selatan terdapat sekitar 19.081 ha dengan jumlah produksi sebesar 429.325 ton/tahun. Tanaman ini terdapat di kecamatan Angkola Barat, Angkola Selatan (Siais), Angkola Timur, Batang Toru dan kecamatan Marancar. Selain tanaman salak tanaman buah-buahan lain yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikembangkan adalah buah jeruk yang terdapat di kecamatan Sipirok,Arse, SD.Hole, Angkola Timur, Siais dan kecamatan Batang Toru. Sampai dengan tahun 2005 luas areal tanaman ini terdapat sekitar 216 ha dengan jumlah produksi sebesar 1.432 ton/tahun.

Perkebunan.

Kondisi topografi kabupaten Tapanuli Selatan pada dasarnya memiliki potensi alam yang cukup tinggi sesuai untuk syarat tumbuh berbagai jenis tanaman pertanian dan perkebunan. Akan tetapi yang menjadi kendala utama selama ini bahwa potensi alam tersebut secara umum belum dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber usaha/penghasilan bagi masyarakat. Tanaman perkebunan yang telah dibudidayakan masyarakat di daerah ini terdapat 15 jenis tanaman perkebunan meliputi, karet, kelapa sawit, kelapa, kokoa, kulit manis, nilam, kemiri, aren, pinang, kapulaga, tembakau, cengkeh, kemenyan dan jahe.

Beberapa Potensi Yang Layak Dikembangkan.

Hasil dari penelaahan potensi yang ada di kabupaten Tapanuli Selatan dengan prioritas pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau industri yang layak dikembangkan adalah:
- Industri Kerajinan Kecil
Sektor kerajinan rumah tangga sebagai bagian industri kecil sangat berpotensi untuk dikembangkan karena banyak menyerap tenaga kerja. Ketersediaan bahan baku dan SDM yang trampil merupakan kesempatan yang besar untuk lebih memperkenalkan produk usaha kecil dan menengah yang ada di Tapanuli Selatan ke luar daerah. Hal ini sudah dan terus dilakukan oleh Pemkab, salah satunya dengan membangun sentra-sentra produksi kerajinan kecil seperti Showroom Dekranasda dan Showroom Kerajinan Pandai Besi di Sipange serta pembinaan secara kontinue terhadap pengrajin baik dari segi pemasaran dan penyesuaian kebutuhan/permintaan pasar.

- Pariwisata
Potensi Pariwisata Alam di Tapanuli Selatan berpeluang besar menjadi primadona sumber pendapatan daerah dan dalam rangka meningkatkan perekonomian. Perencanaan yang matang dan kerjasama dengan investor dapat membangkitkan Pariwisata Tapanuli Selatan. Hal ini mulai dilaksanakan Pemkab dengan memberikan perhatian lebih kepada pengembangan kawasan-kawasan potensi wisata yang selama ini terabaikan seperti Danau Siais dan Pantai Muara Upu di Pesisir Pantai Barat Sumatera. Selain itu perlu juga diperhatikan objek wisata lainnya untuk dapat dimanage dengan profesional agar dapat lebih memiliki daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

- Pengolahan Minyak Goreng dan Olekimia
Pengolahan minyak goreng dan oleokimia dipilih sebagai usaha yang layak dikembangkan karena di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan terdapat banyak kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil CPO dan pabrik pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu pengolahan lanjutan merupakan alternatif yang dianggap tepat karena akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut

- Pengolahan kayu karet
Produk olahan kayu karet saat ini mulai di gemari di dalam dan luar negeri. Peluang pasar yang ada dan ketersedian bahan baku yang melimpah merupakan salah satu kesempatan untuk mengembangkan industri olahan kayu karet. Proses industri kayu karet memerlukan teknologi khusus yang saat ini telah tersedia, sehingga tidak ada hambatan dalam produksi olahan kayu karet.

- Industri Pengalengan Buah Salak

Banyaknya produksi buah, terutama salak, memerlukan suatu industri yang dapat mengolah buah tersebut dalam bentuk yang awet. Pabrik pengolahan dalam bentuk terpadu, artinya pabrik tersebut mampu mengolah buah berbagai jenis dengan berbagai bentuk produk akan sangat tepat bagi pengembangan ekonomi Daerah.

- Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Dalam wilayah kabupaten Tapanuli Selatan terdapat banyak perkebunan kelapa sawit baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta yang merupakan suatu industri yang perlu untuk dikembangkan.




18 Agustus 2009

Budaya Marpangir

Tidak ada data yang otentik sejak kapan acara marpangir mulai membudaya di Daerah Tapanuli Selatan. Hingga sekarang marpangir adalah ritual yang dilakukan masyarakat Tapsel sehari menjelang bulan suci Ramadhan. Alasan utama masyarakat adalah untuk membersihkan tubuh dengan mandi menggunakan ramuan-ramuan yang sebenarnya tidak pernah ada dalam ajaran Islam. Menurut sebagian orang yang berkompeten dibidang penelitian sejarah dan budaya, marpangir adalah peninggalan budaya Hindu yang lebih dulu masuk ke daerah Tapsel. Ditandai dengan adanya candi Portibi di daerah Padang Bolak.
Kembali kepokok permasalahan, marpangir biasanya dilakukan dengan cara pergi mengunjungi tempat/lokasi wisata alam umumnya lokasi pemandian yang banyak tersebar disekitar Tapsel. Diantaranya Aek Sijorni di Kec. Sayur Matinggi, Pemandian Parsariran di Sungai Batang Toru, Sampuran/Air Terjun Napa di Kec. Angkola Selatan, Pemandian air panas di Sipirok, Bahkan ada juga yang sampai ke Pantai Sibolga Tapteng.
Padahal kalau dilihat dari sudut pandang kepantasan saja sudah sangat tidak pantas kita melaksanakan acara marpangir. Salah satu alasannya adalah bergabungnya pemandian antara laki-laki dan perempuan, dimana hal ini sangat dilarang dalam ajaran Islam. Yang kedua, setelah seharian merayakan marpangir tentunya stamina sudah menurun, padahal malam harinya kita akan melaksanakan sholat Tarawih, tadarus-an dan keesokan harinya harus bangun untuk sahur dan melaksanakan puasa.
Jadi saudara sekalian, masihkah ada acara marpangir dalam agenda menyambut Ramadhan-mu? Alangkah baiknya kalau menjelang Ramadhan kali ini kita persiapkan fisik dan mental untuk menyambut bulan yang mulia. Yuk.. belum tentu Ramadhan berikutnya dapat kita rengkuh.


Sejarah Tapanuli Selatan

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut AFDEELING PADANGSIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan.
Afdeeling Padangsidimpuan dibagi atas 3 onder afdeeling, masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh masing-masing Demang, yaitu :
Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padangsidimpuan. Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :
a. Distrik Angkola, berkedudukan di Padangsidimpuan;
b. Distrik Batang Toru, berkedudukan di Batang Toru;
c. Distrik Sipirok, berkedudukan di Sipirok;

Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan. Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :
a. Distrik Padang Bolak, berkedudukan di Gunung Tua;
b. Distrik Barumun dan Sosa, berkedudukan di Sibuhuan;
c. Distrik Dolok, berkedudukan di Sipiongot;

Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kotanopan. Onder ini dibagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :
a. Distrik Panyabungan, berkedudukan di Panyabungan;
b. Distrik Kota Nopan, berkedudukan di Kota Nopan;
c. Distrik Muara Sipongi, berkedudukan di Muara Sipongi;
d. Distrik Natal, berkedudukan di Natal;
c. Distrik Batang Natal, berkedudukan di Muara Soma;

Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang dikepalai oleh seorang Kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap Luhat dibagi atas beberapa kampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu oleh seorang Kepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar jumlahnya. Daerah Angkola Sipirok dibentuk menjadi suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Daerah Padang Lawas dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati berkedudukan di Gunung Tua. Bupati pertamanya adalah Parlindungan Lubis dan kemudian Sutan Katimbung. Daerah Mandailing Natal dijadikan suatu Kabupaten dikepalai seorang Bupati berkedudukan di Panyabungan. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis dan kemudian Fachruddin Nasution.

Sesudah tentara Belanda memasuki kota Padangsidimpuan dan Gunung Tua, daerah administrasi pemerintahan masih tetap seperti biasa, hanya kantor Bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman yang belum dimasuki oleh Belanda. Setelah RI menerima kedaulatan pada akhir tahun 1949, maka pembagian Daerah Administrasi Pemerintahan mengalami perubahan pula. Semenjak awal tahun 1950 terbentuklah Daerah Tapanuli Selatan dan seluruh pegawai yang ada pada kantor Bupati Angkola Sipirok, Padang Lawas dan Mandailing Natal ditentukan menjadi pegawai Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Pada periode Bupati KDH Tapanuli Selatan dipegang oleh Raja Junjungan Lubis, terjadi penambahan 6 kecamatan sehingga menjadi 17 kecamatan. Penambahan kecamatan tersebut antara lain :

1.
Kecamatan Batang Angkola berasal dari sebagian Kecamatan Padangsidimpuan dengan ibu negerinya Pintu Padang.
2.
Kecamatan Siabu berasal dari sebagian Kecamatan Panyabungan dengan ibu negerinya Siabu.
3.
Kecamatan SD Hole berasal dari sebagian Kecamatan Sipirok dengan ibu negerinya Sipagimbar.
4.
Kecamatan Sosa berasal dari sebagian Kecamatan Barumun dengan ibu negerinya Pasar Ujung Batu.
5.
Kecamatan Barumun Tengah berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak dengan ibu negerinya Binanga.

Sejak tanggal 30 Nopember 1982, wilayah Padangsidimpuan dimekarkan menjadi Kecamatan Psp. Timur, Psp. Barat, Psp Utara dan Psp. Selatan dimana Kecamatan Psp. Utara dan Psp. Selatan dibentuk menjadi Kota Administratif Padangsidimpuan (PP Nomor 32 Tahun 1982).
Pada tahun 1992 Kecamatan Natal dimekarkan menjadi 3 Kecamatan yaitu : 1. Kecamatan Natal dengan ibukota Natal, 2. Kecamatan Muara Batang Gadis dengan ibukotanya Singkuang, 3. Kecamatan Batahan dengan ibukotanya Batahan. Pada tahun 1992 itu juga dibentuk Kecamatan Siais dengan ibukotanya Simarpinggan yang berasal dari sebagian Kecamatan Psp. Barat. Kemudian pada tahun 1996 sesuai dengan PP. RI No. 1 Tahun 1996 tanggal 3 Januari 1996 dibentuk Kecamatan Halongonan dengan ibukotanya Hutaimbaru, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Padang Bolak.

Dengan terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1998 dan disyahkan pada tanggal 23 Nopember 1998 tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Mandailing Natal (Ibukota Panyabungan) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Ibukotanya Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah administrasi 16 Kecamatan. Sampai dengan tahun ini, Kabupaten Tapsel telah dimekarkan menjadi 1 kota (Padang Sidimpuan) dan 3 Kabupaten (Mandailing Natal, dan yang terbaru dengan UU No 37/2007 dan UU 38/3007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas).

11 Agustus 2009

Dimulai dari diri sendiri

Ramadhan sebentar lagi, bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam diseluruh dunia. Tidak terkecuali masyarakat Tapsel yang sebagian besar adalah muslim. Untuk menjaga agar suasana tetap kondusif, kita berharap kepada pihak terkait kiranya dapat melaksanakan tugas dengan baik. Salah satunya adalah dengan menertibkan tempat-tempat yang selama ini dijadikan sarang prostitusi, perjudian, dan penjual miras yang ada ditempat-tempat umum maupun tempat tertutup. Karena ini dapat mengganggu ketertiban umum dan meresahkan masyarakat. Dalam hal ini petugas ketertiban umum (Tibum) dan satuan polisi pamong praja (Satpol PP) adalah pihak yang paling berkompeten untuk menindak lanjutinya, tentu saja yang tidak kalah penting kita sebagai warga masyarakat yang harus berperan aktif. Salah satu cara terkecil yang dapat kita lakukan adalah dengan tidak memasuki lokasi tersebut, yang pastinya akan berdampak sangat besar bagi kemusnahan lokasi itu.

Jangan meremehkan diri sendiri, bayangkan jika ada 100 orang lain yang mengambil langkah positif ini, tentunya lokasi tersebut akan sunyi. Kalau sudah sepi pelanggan mau apa lagi pak? Insya Allah mungkin dia akan tutup. Nggak usah muluk-muluk, walaupun hanya selama Ramadahan sudah merupakan langkah positif, dan semoga sudah dicatat malaikat kebaikan untukmu. Karena tidak mudah untuk memberantas kejahatan yang satu ini. Sebab menyangkut hajat hidup sebagian orang yang berkepentingan. Tentunya dengan segepok keamanan yang dititipkan kepada yang berhak dan sanggup mengamankan. Jadi langkah konkrit yang dapat kita lakukan untuk menangkalnya adalah membuat lokasi ini kehilangan siapapun para pelanggannya.

Nah siap berpartisipasi untuk hal yang positif? Jangan berfikir 2 kali pak, om, udak, amattua, anggi, tulang ...dan ompung. Apalagi yang sudah bau tanah, ayo buat perubahan kecil yang berdampak besar dengan tidak mengunjungi tempat-tempat maksiat. Siapa tahu tahun ini adalah Ramadhan terakhir kita.


Pakaian pengantin

Tapanuli Selatan memiliki Pakaian adat pengantin yang lazim disebut Bulang. Pakaian untuk pengantin perempuan biasanya terdiri dari hiasan kepala (bulang), kemudian kalung (gonjong) hiasan dada, hiasan lengan (puttu), selendang songket , baju kurung dan sarung songket. Sedangkan pengantin pria mengenakan hiasan kepala dari beludru (tukku/happu), baju teluk belanga, hiasan lengan (puttu), keris, sarung songket sebatas lutut dan celana panjang.

Foto pengantin dengan pakaian adat Tapanuli Selatan dalam berbagai balutan warna :



Gambar diambil dari berbagai situs dan vendor pengantin daerah Tapsel.

Itak Pohul-Pohul

Makanan yang ini mungkin adalah satu-satunya ciri khas Tapsel dan suku Batak pada umumnya yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Itak adalah makanan yang terbuat dari tepung beras, kelapa setengah tua yang diparut, gula merah dan garam. Cara membuatnya yaitu semua bahan dicampur jadi satu. Mulai dari tepung, kelapa parut, gula merah yang sudah diiris , dan garam halus sesuai dengan selera. Disinilah uniknya itak, dia tidak menggunakan mesin ataupun alat khusus untuk mencetak, caranya kembangkan kedua telapak tangan diatas adonan tadi, kemudian rauplah adonan tersebut diantara jemari telunjuk hingga kelingking, dengan syarat kepalan tangan tidak boleh rapat. Harus menyisakan ruang diantara setiap jari tangan, sementara ibu jari tidak ikut dikepal. Nah.. itak pohul-pohul sudah jadi. Tapi eeeiits... sebaiknya dimasak dulu dalam kukusan. Setelah semua adonan dicetak dengan cara 'manual' , masak hingga matang. Untuk mengetahui sudah matang atau belum, perhatikan gula merahnya apakah sudah meleleh. Kalau sudah, artinya tinggal kita dinginkan baru disantap. Nyam..nyam..nyam enak...apalagi kalau masih hangat.
Tapi untuk sebagian orang makan itak mentah mempunyai sensasi rasa tersendiri. Ingat tidak boleh banyak-banyak karena bisa mengakibatkan sakit perut.
Dan dalam adat Batak itak bukan hanya sekedar makanan biasa, tapi memiliki tempat dan momen tersendiri. Salah satunya kalau ada masyarakat yang mengadakan pesta pernikahan, pihak laki-laki wajib menyediakan itak untuk camilan bagi para tetua adat yang sedang 'makkobar'. Biasanya ditaruh dalam wadah khusus yang disebut haronduk. Begitu pula dengan pihak pengantin wanita wajib membawa itak sebagai silua untuk pihak pengantin laki-laki. Itu lah salahsatu kedudukan itak pohul-pohul dalam masyarakat tapanuli Selatan khususnya dan suku Batak pada umumnya.

Catatan :
Makkobar : Pertemuan adat antara utusan pengantin laki-laki dan perempuan.
Haronduk : Wadah semacam karung kecil dilapisi dengan kain hiasan warna-warni/manik.
Silua : Oleh-oleh.

Tapsel lagi musim durian

Sudah hampir 2 bulan daerah Tapsel dibanjiri buah durian , khususnya Kota Padangsidimpuan. Buah yang berasal dari berbagai pelosok di daerah Tapsel menebar di tiap sudut kota. Para penjual menawarkan harga dari 5 ribu sampai 15 ribu perbijinya. Bagi penggemar buah durian harga tersebut sebanding dengan rasanya yang mmmmhh...menggugah selera. Atau bagi kamu yang hobby dan sempat untuk hunting kamu bisa jalan-jalan sore sambil memburu durian dilokasi tertentu yang merupakan lumbung durian, tentunya dengan harga yang jauh lebih miring dari harga pasaran. Salah satunya adalah diperbatasan Pemko Tapsel dengan Pemkab Angkola Selatan yaitu dari Hanopan hingga Situmbaga. Atau kalau kamu mau, telusuri deh hingga ke daerah Aek Natas menuju Danau Siais. Disekitar lokasi tersebut banyak para penjual durian musiman yang menjajakan durian. Buah durian tersebut berasal dari kebun mereka sendiri, tetapi ada juga sebagian yang mengumpulkan dari beberapa petani dan mengangkutnya ke kota. Nah kalau kamu langsung, harganya bisa berdamai hingga setengah harga dari pasaran. Contohnya untuk buah durian yang harga 10 ribu di kota, dipenjual langsung bisa kamu dapatkan dengan harga 4 - 5 ribu rupiah saja. Lebih untung bukan?
Tips untuk memilih buah durian yang masak, pertama cobalah ambil lidi atau kayu kecil, kemudian gores-goreskan kedurinya. Kalau suaranya nyaring berarti dia sudah masak, atau lihatlah bentuk durinya. Kalau pertumbuhan durinya sudah maksimal boleh kamu ambil. Tapi cara terbaik tentu saja dengan menciumnya. Kalau ada aroma menyengat, itu artinya sudah masak. Tapi hati-hati... salah-salah bisa hidungmu yang tergores.
Buah durian juga sama dengan buah salak. Artinya ada yang enak dan ada yang tidak. Rasanya bisa manis, tawar, dan sedikit pahit. Jangan heran kalau buah durian dari Sumatera memang mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu sedikit rasa pahit tapi itupun tidak semua durian. Tidak sama dengan durian Monthong dari Thailand. Selain dimakan begitu saja masyarakat Tapsel biasanya menikmatinya dengan lemang atau bahkan dijadikan lauk untuk makan. Sudah pernah coba? Rasanya enak lho, bisa bikin ketagihan Nah..Sudah siap berburu durian? Ayo kita kemooooon....


Catatan :
Lemang : ketan yang dimasak dengan santan menggunakan bambu.

Padangsidimpuan Kota Salak



Salak-salak Sibakkua
Dipangan sada mangido dua
lomlom kulitna lomlom batuna
Imada salak Sibakkua...

Itulah sekelumit syair lagu daerah Tapsel yang menggambarkan bahwa Tapanuli Selatan merupakan daerah dengan ciri khas buah salak. Sibakkua adalah nama Daerah penghasil salak yang terkenal dari Tapanuli Selatan. Tetapi Buah salak Tapanuli Selatan berbeda dengan salak Pondoh maupun salak Bali. Kalau salak Pondoh dan Bali terkenal karena rasanya yang hanya manis, salak dari tapsel memiliki rasa manis plus sedikit rasa asam atau bahkan sepat. Sebenarnya bukan hanya dari Sibakkua saja, dimulai dari Palopat Maria, Aek Lubuk, Huta Koje, Sitinjak hingga mencapai Perbatasan Batang Toru. Dan semua lokasi tersebut lebih dikenal masyarakat Tapsel dengan nama Parsalakan. Daerah penghasil salak lainnya adalah dari Simarpinggan dan Siamporik yang terletak di wilayah Angkola Selatan. Antara kedua sentra salak tersebut memiliki perbedaan yang signifikan diantaranya :
  • Rasanya yang kurang manis dibandingkan dengan salak dari daerah Parsalakan.
  • Kulitnya lebih tipis sehingga kurang diminati untuk pengiriman kedaerah yang jauh, karena kulitnya cepat rusak/mengelupas.
  • Buahnya lebih kecil-kecil dibandingkan dengan salak dari daerah Parsalakan.
Sehingga pangsa pasarnya pun berbeda. Untuk salak dengan kualitas nomor satu, selain dijual dipasar-pasar tradisional dengan harga yang tinggi, buah dari Parsalakan dikirim kedaerah jauh seperti Medan, Padang, Jambi, Riau bahkan ke Jawa. Sedangkan kualitas nomor dua biasanya 'Toke salak' mengirim ke Aceh, begitu juga dari daerah Siamporik dan Simarpingan lebih dominan mengirim ke daerah Aceh.
Memang dari segi lokasi Aceh termasuk jauh, tapi minat masyarakat disana sangat besar terhadap buah salak sehingga kemungkinan besar pemasarannya lebih lancar walaupun dengan kualitas dibawah prima.
Biasanya salak mengalami masa panen puncak pada bulan Juni hingga Agustus. Sehingga para petani salak akan kelimpungan dengan harga yang murah. Pada saat itu harga salak bisa turun keharga Rp 10.000-15.000/karung atau 500-750 rupiah perkilo. Sedangkan pada saat salak sedang tidak musim harganya bisa mencapai Rp 45.000-60.000 /karung atau 1500-2500 rupiah perkilonya. Harga ini adalah dari Toke kepada petani, kalau sudah dipasaran harganya akan semakin tinggi. Bagaimana..? Sudah pernah mencicipi salak Sibakkua?

Catatan :
Toke : Orang yang membeli langsung kepada petani, untuk kemudian dikirimkan kedaerah lain.

Menyambut HUT RI...

Tanggal17 Agustus tinggal beberapa hari lagi. Seluruh kantor, instansi, sekolah-sekolah mulai sibuk berbenah diri. Dari pengecatan tembok/pagar, menghias pintu gerbang, membersihkan lingkungan kerja, hingga yang terakhir, para pegawai wanita yang sibuk mendiskusikan warna dan ukuran baju training/olahraga yang akan dipakai untuk perlombaan besok.
Iya, karena besok tanggal 13 Agustus seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan akan bertemu muka dilokasi gerak jalan santai yang bertempat di Silangge, Sipirok yang notabenenya sebentar lagi akan menjadi lokasi pusat perkantoran Pemkab Tapsel.
Disamping acara lomba gerak jalan santai antar pegawai pemerintah, juga dimeriahkan dengan berbagai perlombaan lain, diantaranya lomba tarik tambang.
Untuk para pegawai infokom yang putri kami tidak terlalu banyak berharap menang. karena para pesertanya kebanyakan terdiri dari 'kurcaci-kurcaci' kecil. Tidak ada yang dominan jadi kapten ditinjau dari postur tubuh. Lain hal dengan peserta putra yang dipromotori oleh bang Dede, Bang Sani ama Dian. Bermodal badan doang lawan sudah keder duluan. Tapi yah..bagi kami peserta putri yang penting bertanding, dan berusaha memeriahkan lomba tujuhbelasan besok dengan semangat juang 45.
Merdeka!!! Kalah menang itu biasa....

Asal mula Kata Padangsidimpuan

DARI "PADANG NA DIMPU" KE "PADANGSIDIMPUAN"

Sekitar tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yan sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut " Padang Na Dimpu ". Oleh para pedagang digunakan sebagai tempat peristirahatan. Padang nadimpu artinya suatu daratan di ketinggian (bukit) yang berlokasi disekitar Kampung Bukit Kelurahan Wek II dipinggiran Sungai Sangkumpal Bonang. Nah karena orang sering bertanya darimana? dan dijawab "dari padang nadimpu-an" (Dalam bahasa daerah Tapsel/Batak seringkali menambah akhiran an diakhir kalimat.) Hingga terjadilah kata padangsidimpuan.

Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo, salah seorang pengiriman pasukan kaum Padri, dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku Tambusai. Lokasi ini dipilih karena letaknya strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang.

Sejalan dengan perkembangan benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas perdagangan juga berkembang(sekarang kita kenal dengan nama Sitamiang) termasuk perdagangan budak yang disebut Hatoban. Untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip bea 10 persen dari nilai harga barang. Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk Recidency Tappanooli yang dibentuk Inggris tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun 1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan Government Sumatras West Kust berkedudukan di Padang.

Dan tahun 1838 dibentuk dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842. Antara tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli. Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan Pusat Pemerintahan, dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai bergabung kembali Kabupaten Mandailing Natal.

Catatan :
Dicopy dari kegagalanadalahkuncikeberhasilan.blogspot.com dan diedit kembali oleh Kantor Infokom Tapsel